Pengertian
E-learning adalahsebuah
proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan
adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer
memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian
dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian
e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Sistem e-learning
ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa
dilakukan lebih banyak waktu (Nugroho, 2007).
Banyak
orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada
prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika
sebagai alat bantunya. E-learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran
yang yang relatif baru di Indonesia (Tafiardi, 2005).
Definisi E-Learning
Istilah
e-learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang
diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya.
Istilah
e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan
untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
Oleh karena itu, istilah e-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk
membuat sebuah transformasi proses belajar mengajar yang ada di
sekolah/universitas ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi
internet (Purbo & Hartanto, 2002).
E-learning
ini sendiri mempunyai beberapa karakteristik seperti yang telah dikemukakan
oleh Suyanto (2005) mengemukakan 4 karakteristik e-learning yang terdiri dari:
- Memanfaatkan jasa teknologi
elektronik, dimana pengajar dan peserta didik, peserta didik dan peserta
didik, ataupun pengajar dan sesama pengajar dapat berkomunikasi dengan
relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
- Memanfaatkan keunggulan
komputer (media digital dan jaringan komputer).
- Menggunakan bahan ajar yang
bersifat mandiri yang dapat disimpan di komputer sehingga dapat diakses
oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan
membutuhkannya.
- Memanfaatkan jadwal
pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan
dengan administrasi pendidikan yang dapat dilihat setiap saat di
komputer.
Dengan
demikian, e-learning itu dapat diartikan sebagai suatu sistem dalam
pembelajaran yang mengacu pada penggunaan teknologi informasi yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan karakteristik-karakteristik
seperti memanfaatkan jasa teknologi, memanfatkan keunggulan komputer,
menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri, dan memanfaatkan jadwal belajar
yang dapat dilihat pada komputer, serta memberikan fasilitas yang dapat diakses
oleh pengajar dan peserta didik/mahasiswa secara pribadi
Perbedaan M-learning dan E-learning
Selama beberapa
tahun kebelakang kita sudah familiar dengan hadirnya teknologi E-Learning,
seiring dengan perekembangan teknologi yang begitu pesat, kita pun sekarang
dihadirkan kembali dengan adanya suatu pendekatan pembelajaran secara mobile yang
kita kenal dengan M-Learning (mobile learning). Namun salah satu
yang menjadi perbincangan adalah apa perbedaan antara M-Learning dan
E-Learning itu dan keterkaitan hubungan diantara keduanya. Definisi
komperhensif yang di sampaikan oleh Urdan dan Weggan (2000) memaparkan dengan
cukup jelas antara M-Learning dan E-Learning…
”Teknologi
E-learning mencangkup seluruh bagian dari aplikasi dan proses, termasuk
Computer Based Learning, Web based Learning, Virtual Clasroom dan Digital
Collabation”. Kita bisa definisikan bahwa E-Learning adalah suatu pendekatan
penyampaian konten-konten pembelajaran beserta interaksinya melalui semua
perangkat media, termasuk internet, intranet, ekstranet, satelit broadcast,
audio/video tape, interactive TV dan CD-ROM. Dan E-Learning cenderung
menggunakan PC dan Internet sebagai media utamanya, dari jenis kontent yang di
sajikannyapun cakupannya lebih luas, sedangkan M-Learning (mobile
learning) media penyampaiannya terbatas kepada devais-devais bergerak seperti
handphone, smartphone, PDA dan lain-lain yang mempunyai keterbatasan memori dan
prosesor, dari segi kontent pada umumnya lebih banyak menyajikan
kontent-kontent dengan format text dan gambar namun dengan perkembangan
devais-devais bergerak saat ini, sekarang format audio, animasi, dan games
sudah bisa disajikan dengan baik dan sudah bisa digunakan untuk pemanfaatan
penyajian materi-materi pembelajaran.
M-Learning bukan merupakan bentuk pembelajaran
elektronik yang baru dari pembelajaran elektronik lainnya melainkan merupakan
pengembangan atau bisa dikatakan bagian dari E-Learning yang sudah kita kenal
sebelumnya, begitupun E-Learning yang sendirinya adalah bagian dari Distance
Learning yang keseluruhannnya tercakup kedalam Flexible learning.
Definisi M-learning
M-Learning (mobile
learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan device bergerak
seperti telepon genggam, PDA, Laptop dan tablet PC, dimana pembelajar dapat
mengakses materi, arahan dan aplikasi yang berkaitan dengan pelajaran tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu, dimanapun dan kapanpun mereka berada.
Arsitektur M-Learning
1. Arsitektur M-Learning secara umum
Arsitektur di bawah
ini merupakan arsitektur m-learning secara general yang menjelaskan
keterhubungan antara e-learning Management System (eLMS) dan mobile learning
Management System (mLMS). System ini mengijinkan untuk mengirimkan isi konten
dan service-service lainya dari eLMS ke small devices melalui mLMS untuk siap
di gunakan kembali. Dalam waktu yang bersamaan mLMS akan mengambil account yang
unik dari mobile learners dan mobile technology
Sebelum di
tampilkan ke mobile device content yang di request akan melalui proses
penyesuaian dengan mobile device yang ada yaitu melalui pengadaptasian
presentasi tampilan dan pengaturan content, semua ini dilakukan agar semua
device kompatibel dengan content yang disediakan dari server, setelah semua
proses terlewati, kemudian semua content di packaging dan dikirimkan ke mobile
device memalui presentasi yang berbeda-beda, tergantung dukungan dan kemampuan
mobile device tersebut dalam menangani content, presentasinya bisa berupa web
browser, wap browser atau berbentuk aplikasi dan itu semua tergantung dari
dukungan dan kemampuan yang di berikan oleh mobile device….
Komponen e-learning
Komponen yang
membentuk e-learning (Romisatriawahono, 2008) adalah:
a. Infrastruktur e-learning
Infrastruktur
e-learning merupakan peralatan yang digunakan dalam e-learning yang dapat
berupa Personal Computer ((PC), yakni komputer yang dimiliki secara pribadi
(Febrian, 2004)), jaringan komputer (yakni, kumpulan dari sejumlah perangkat
berupa komputer, hub, switch, router, atau perangkat jaringan lainnya yang
terhubung dengan menggunakan media komunikasi tertentu (Wagito, 2005)), internet
(merupakan singkatan dari Interconnection Networking yang diartikan sebagai
komputer-komputer yang terhubung di seluruh dunia (Febrian, 2004)) dan
perlengkapan multimedia (alat-alat media yang menggabungkan dua unsur atau
lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan
animasi secara terintegrasi (Febrian, 2004)). Termasuk di dalamnya peralatan
teleconference (pertemuan jarak jauh antara beberapa orang yang fisiknya berada
pada lokasi yang berbeda secara geografis (Febrian, 2004)) apabila kita
memberikan layanan synchronous learning yakni proses pembelajaran terjadi pada
saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar dan murid sedang belajar melalui
teleconference.
b. Sistem dan aplikasi e-learning
Sistem
dan aplikasi e-learning yang sering disebut dengan Learning Management System
(LMS), yang merupakan sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses
belajar mengajar konvensional untuk administrasi, dokumentasi, laporan suatu
program pelatihan, ruangan kelas dan peristiwa online, program e-learning, dan
konten pelatihan (Ellis, 2009)), misalnya, segala fitur yang berhubungan dengan
manajemen proses belajar mengajar seperti bagaimana manajemen kelas, pembuatan
materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), serta sistem ujian
online yang semuanya terakses dengan internet.
c. Konten e-learning
Konten
e-learning merupakan konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning sistem
(Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk
misalnya Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif
seperti multimedia pembelajaran yang memungkinkan kita menggunakan mouse,
keyboard untuk mengoperasikannya) atau Text-based Content (konten berbentuk
teks seperti pada buku pelajaran yang ada di wikipedia.org, ilmukomputer.com,
dsb.). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat
dijalankan oleh peserta didik kapan pun dan dimana pun.
Sedangkan ’aktor’
yang ada dalam pelaksanakan e-learning boleh dikatakan sama dengan proses
belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya pengajar (dosen) yang
membimbing siswa (mahasiswa) yang menerima bahan ajar dan administrator yang
mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.
Manfaat e-learning
(Smaratungga, 2009) terdiri atas 4 hal, yaitu:
a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran
antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).
Apabila dirancang
secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi
pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama
peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance
interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional.
Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat,
berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun
menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa?
Karena pada
pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang
disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat
terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh
beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini
tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun
yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan
pertanyaan maupun menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau
mendapat tekanan dari teman sekelas.
b. Memungkinkan
terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place
flexibility).
Mengingat
sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses
oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan
interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian
juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada
instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji
untuk bertemu dengan guru/instruktur.
Peserta didik tidak
terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
sebagaimana halnya pada pendidikan konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas
Terbuka Inggris telah memanfaatkan internet sebagai metode/media penyajian
materi. Sedangkan di Universitas Terbuka Indonesia (UT), penggunaan internet
untuk kegiatan pembelajaran telah dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan
internet di UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja atau yang disebut
sebagai “tutorial elektronik”.
c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang
luas (potential to reach a global audience).
Dengan
fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau
melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas.
Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana
saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar
dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi
siapa saja yang membutuhkan.
d. Mempermudah
penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as
well as archivable capabilities).
Fasilitas
yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus
berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik.
Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai
dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik
dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran
dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik
maupun atas hasil penilaian instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina
materi pembelajaran itu sendiri.
Pengetahuan dan
keterampilan untuk pengembangan bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai
terlebih dahulu oleh instruktur yang akan mengembangkan bahan belajar
elektronik. Demikian juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri.
Harus ada komitmen dari instruktur yang akan memantau perkembangan kegiatan
belajar peserta didiknya dan sekaligus secara teratur memotivasi peserta
didiknya.
E-learning
mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi pelajaran.
Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan dosen/guru/instruktur
maupun antara sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi
informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun
kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru atau instruktur dapat
menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para peserta
didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru/instruktur dapat pula memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun
soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan
dalam rentangan waktu tertentu pula.
Secara lebih rinci,
Smaratungga (2009) mengungkapkan manfaat e-learning yang dapat dilihat dari dua
sudut yaitu:
a. Dari sudut peserta
didik
Dengan kegiatan
e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi.
Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan
berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan instruktur setiap
saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan
penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Manakala fasilitas
infrastruktur tidak hanya tersedia di daerah perkotaan tetapi telah menjangkau
daerah kecamatan dan pedesaan, maka kegiatan e-learning akan memberikan manfaat
kepada peserta didik yang:
- belajar di sekolah-sekolah
kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang
tidak dapat diberikan oleh sekolahnya,
- mengikuti program pendidikan
keluarga di rumah (home schoolers) untuk mempelajari materi pembelajaran
yang tidak dapat diajarkan oleh para orangtuanya, seperti bahasa asing dan
keterampilan di bidang komputer,
- merasa phobia dengan sekolah,
atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah, yang
putus sekolah tetapi berminat melanjutkan
pendidikannya, yang dikeluarkan oleh sekolah, maupun peserta didik yang
berada di berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri, dan
- tidak tertampung di sekolah
konvensional untuk mendapatkan pendidikan. b. Dari sudut instruktur
Dengan adanya
kegiatan e-learning, beberapa manfaat yang diperoleh instruktur antara lain
adalah bahwa instruktur dapat:
- lebih mudah melakukan
pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung-jawabnya sesuai
dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,
- mengembangkan diri atau
melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang
dimiliki relatif lebih banyak,
- mengontrol kegiatan belajar
peserta didik. Bahkan instruktur juga dapat mengetahui kapan peserta
didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik
dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang,
- mengecek apakah peserta didik
telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu,
dan
- memeriksa jawaban peserta didik
dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
Karakteristik E-learning
a. Kelebihan
e-learning
Menyadari
bahwa melalui internet dapat ditemukan berbagai informasi yang dapat diakses
secara mudah, kapan saja dan dimana saja, maka pemanfaatan internet menjadi
suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan
pihak lain dengan cara yang sangat mudah melalui teknik e-moderating yang
tersedia di internet (Triluqman, 2007).
Dari berbagai
pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur,
memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam
pendidikan terbuka dan jarak jauh, kelebihan e-learning antara lain dapat
disebutkan sebagai berikut (Triluqman, 2007):
- Tersedianya fasilitas
e-moderating dimana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi dengan
mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan
berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan
waktu.
- Pendidik dan peserta didik
dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang tersruktur dan
terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai
berapa jauh bahan ajar dipelajari.
- Peserta didik dapat belajar atau
me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan
mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
- Bila peserta didik memerlukan
tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia
dapat melakukan akses di internet.
- Baik pendidik maupun peserta
didik dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti
dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas.
- Berubahnya peran peserta didik
dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
- Relatif lebih efisien. Misalnya
bagi yang mereka tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah
konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di
kapal, di luar negeri, dan sebagainya.
b. Kekurangan e-learning
Walaupun
demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga
tidak terlepas dari berbagai kekurangan antara lain dapat disebutkan sebagai
berikut (Triluqman, 2007):
- Kurangnya interaksi antara
pendidik dan peserta didik bahkan antar-peserta didik itu sendiri.
Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses
belajar-mengajar.
- Kecenderungan mengabaikan aspek
akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek
bisnis.
- Proses belajar dan mengajarnya
cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
- Berubahnya peran pendidik dari
yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional.
- Peserta didik yang tidak
mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
- Tidak semua tempat tersedia
fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya
listrik, telepon, ataupun komputer).
- Kurangnya penguasaan
komputer.
Filosofis e-learning
Menurut Cisco (dalam
Suyanto,2005) ada beberapa filosofis dari e-learning, yaitu:
- E-learning merupakan
penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan, secara
on-line.
- E-learning menyediakan
seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional
(model belajar konvensional, kajian terhadap buku text, CD-ROM, dan
pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan
perkembangan globalosasi.
- E-learning tidak berarti
menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat
model belajar tersebut melalui pengayaan isi dan pengembangan teknologi
pendidikan.
- Kapasitas siswa amat bervariasi
tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Semakin baik
keselarasan antar isi dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan
lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang
lebih baik.
http://www.gurupendidikan.com/pengertian-e-learning-karaktiristik-dan-manfaat-e-learning-terlengkap/